Pembuka Pintu Rezeki
Kategori : Akidah dan Akhlaq
Secara umum rezeki adalah segala pemberian yang dapat dimanfaatkan, baik material maupun spiritual, dunia maupun akhirat.
Artinya,
makanan, pakaian, rumah, kendaraan, kesehatan adalah rezeki dan
kecerdasan, ilmu dan hikmah adalah rezeki pula. Orang kaya harta tetapi
enggan membayar zakat dan menolong orang yang kekurangan adalah contoh
orang yang kaya rezeki lahiriah tetapi miskin rezeki batiniah. Orang
yang kekurangan makanan dan pakaian, tidak mempunyai tempat tinggal dan
kendaraan, tubuhnya pun penyakitan tetapi hatinya selalu bersabar, tidak
pernah mengeluh bahkan selalu taat kepada Allah swt dan bersyukur
adalah contoh orang yang miskin rezeki lahiriah tetapi kaya rezeki
batiniah. Orang yang kaya harta tetapi tidak bersyukur bahkan bermaksiat
kepada Allah Ta’ala adalah contoh orang yang kaya rezeki duniawi tetapi
bakal miskin rezeki di akherat nanti.
Menurut al-Imam
al-Ghazali (semoga Allah merahmatinya), ketika membahas nama Allah
Ta’ala al-Razzâq dalam al-Maqâshi al-asnâ fî syarh asmâillâh al-husnâ,
rezeki ada dua macam, rezeki lahiriah dan rezeki batiniah. Rezeki
lahiriah berupa berbagai jenis makanan untuk keperluan tubuh, sedangkan
rezeki batiniah berupa pengetahuan (al-ma’ârif ) dan penyingkapan
ruhaniah (al-mukasyafât) yang merupakan kebutuhan hati (al-qulûb) dan
rahasia (al-asrâr)
Kita semua ingin menjadi orang yang kaya
rezeki secara lahiriah dan kaya rezeki batiniah, dunia dan akherat.
kalau pun tidak kaya bercukupan pun sudah luar biasa.
Apakah rezeki dapat bertambah?
Bila
kita amati makanan, pakaian, uang, kesehatan, ilmu atau hikmah yang
kita peroleh dalam satu bulan saja, maka pastilah kita dapati terjadi
penambahan atau pengurangan. Mungkin di satu sisi ada makanan beraneka
rupa tetapi di sisi lain tubuh kita menderita sakit. Atau, uang
bertambah tetapi ilmu tidak bertambah.
Dari sudut pandang agama,
dengan mengamati dalil-dalil al-Quran dan hadits Nabi saw, kita dapat
menyimpulkan bahwa rezeki seseorang mungkin saja meluas (bertambah) atau
justru menyempit (berkurang)
" Allah meluaskan rezeki siapa saja yang Ia kehendaki dan menyempitkan (rezeki siapa saja yng Ia kehendaki)…" (QS.13: 26)
"Dan Allah memberikan rezeki kepada siapa yang ia kehendaki tanpa batas." (QS.24: 38)
"Dan
barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Ia akan mengadakan
baginya jalan keluar (dari kesulitan) dan memberinya rezeki dari arah
yang tidak diduga."
(QS.65: 2-3)
Abu Hurairah ra meriwayatkan:
Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, "Barang siapa suka rezekinya
diluaskan dan umurnya dipanjangkan hendaklah ia menyambung silaturahmi."
(HR. al-Bukhari dan Muslim)
Tsauban ra meriwayatkan, Nabi saw
bersabda," Tidak ada yang dapat menambah umur kecuali kebaktian
(al-birr) dan tidak ada yang dapat menolak takdir (al-qadr) kecuali doa.
Seseorang itu benar-benar terhalang dari rezeki karena dosa yang ia
perbuat." (HR. Ibnu Majah dan al-Hakim, al-Hakim berkata: sanadnya
sahih)
Lantas para ulama pun kemudian membuat klasifikasi rezeki
yang sudah pasti dan rezeki yang mungkin diperoleh manusia melalui
perbuatan tertentu. Di antara ulama ada yang membagi rezeki menjadi
empat macam:
1.Rezeki yang sudah dijamin
2.Rezeki yang digantungkan pada usaha (kasab)
3.Rezeki yang dijanjikan
4.Rezeki dari arah yang tidak diduga
1.Rezeki yang sudah dijamin
Ketika
janin dalam kandungan berusia 120 hari maka Allah Ta’ala mengutus
malaikat untuk meniupkan ruh ke janin tersebut dan mencatatkan empat
hal, yaitu: umur, rezeki, perbuatan dan suka dukanya. Rezeki yang
dicatat ini adalah rezeki yang dijamin pasti akan didapatkan oleh orang
tersebut karena bersesuaian dengan umurnya. Jika rezeki ini habis maka
ajal pun tiba, atau jika sudah datang ajal maka rezeki ini pun habis
Jabir
bin Abdullah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda," Janganlah
kalian menganggap rezeki datang terlambat karena seorang hamba tidak
akan mati hingga rezeki yang menjadi haknya sampai kepadanya. Oleh
karena itu baguskanlah usaha, ambillah yang halal dan tinggalkan yang
haram." (HR. Ibnu Hibban, berkata al-Arnauth: sanadnya sahih menurut
kriteria Imam Muslim)
2. Rezeki yang digantungkan pada usaha (kasab)
Rezeki
jenis ini merupakan karunia Allah (fadhullâh) yang diberikan kepada
siapa yang mencarinya. Allah Ta’ala menciptakan tangan dengan tujuan
tertentu, demikian pula kaki, mata, telinga, mulut dan otak bahkan
langit dan bumi. Jika kita menggunakan ciptaan-ciptaan tadi sesuai
tujuan penciptaannya maka itu merupakan bagian dari ungkapan syukur.
Syukur ini pasti mengundang datangnya nikmat. Semakin optimal seseorang
mengaktualisasikan potensi yang Allah berikan padanya semakin banyak
pula curahan rezeki terlimpah padanya. Karena itu meminta-minta adalah
hal tercela dalam pandangan agama, kecuali bagi orang yang benar-benar
miskin, bangkrut usahanya sampai ia bisa bangkit kembali dan orang yang
dililit hutang. Selebihnya, orang harus bekerja menjemput karunia Allah
Ta’ala, apalagi jika tubuhnya sehat dan kuat.
3. Rezeki yang dijanjikan
Rejeki
jenis ini biasanya dikaitkan dengan suatu amal tertentu, misalnya
sedekah, silaturahmi, niat yang benar, istighfar dan lain sebagainya.
Apalagi rezeki yang bakal diterima di akherat nanti sangat tergantung
dari amal-amal yang telah dilakukan oleh seseorang. Point ini yang pada
pembicaraan ke depan akan diperdalam guna meneliti amal-amal yang
kiranya dapat membuka pintu-pintu rezeki.
4.Rezeki dari arah yang tidak diduga
Rezeki
sebenarnya termasuk bagian dari rezeki yang dijanjikan tetapi karena
keistimewaannya maka tidak salah jika dimasukkan dalam bagian
tersendiri. Hanya ada dua amal yang dapat mengundang datangnya rezeki
dari arah yang tidak diduga ini, pertama yang disebutkan dalam al-Quran,
yaitu: Takwa dan yang kedua yang disebutkan melalui al-Hadits, yaitu:
melanggengkan (dawam) istighfar.
Al-Imam al-Suyûthî (semoga Allah
merahmatinya) menulis tentang cara-cara membuka pintu rezeki
berdasarkan hadits-hadits dalam sebuah risalah berjudul Hushûl al-Rifq
bi ushûl al-Rizq. Beliau membagi menjadi dua kelompok, kelompok pertama
berupa dzikir-dzikir dan doa, sedangkan kelompok kedua berupa
perbuatan-perbuatan.
Dr. Fadh Ilahi, dalam sebuah risalah kecil, menghimpun sepuluh amal untuk meluaskan rezeki berdasarkan al-Quran dan al-Sunnah.
Berikut
ini beberapa dzikir, doa dan perbuatan yang dapat menjadi wasilah
(perantara antara seorang hamba dengan Allah Al-Razzâq) bagi terbukanya
berbagai pintu rezeki dan kemudahan yang diambil dari berbagai sumber,
terutama dari kedua sumber di atas.
AMAL-AMAL PEMBUKA PINTU REZEKI
A. DZIKIR DAN DOA
B. PERBUATAN_PERBUATAN
A. Dzikir dan Doa
1.Membaca لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
Abu
Hurairah ra meriwayatkan, Rasulullah saw bersabda," Barang siapa yang
Allah pakaikan baginya kenikmatan hendaklah banyak mengucapkan
alhamdulillah. Barang siapa yang banyak dosanya hendaklah beristighfar
kepada Allah. Dan barang siapa yang lambat datang rezekinya hendaklah
banyak mengucapkan lâ hawla walâ quwwata illâ billâh (tidak ada daya dan
kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah)." (HR. al-Thabrani di
al-Awsath)
Asad Ibn Wâdi’ah ra meriwayatkan, Nabi saw bersabda,"
Barang siapa mengucapkan lâ hawla walâ quwwata illâ billâhil ’aliyyil
’azhîm (tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah
yang Maha Tinggi lagi Maha Agung) sebanyak 100 X setiap hari maka tidak
akan tertimpa kefakiran selamanya." (HR. Ibn Abi al-Dunyâ)
2. Membaca لا إله إلا الله الملك الحق المبين
Abu
al-Nu’aim meriwayatkan dari Malik bin Anas dan al-Dailami dalam musnad
al-Firdaus dari ’Ali ra, Nabi saw bersabda," Barang siapa setiap hari
membaca lâ ilâha illallâh al-malikul haqqul mubîn (tidak ada tuhan
selain Allah yang Maha Benar lagi Maha Nyata) sebanyak 100 X, maka
bacaan itu akan menjadi keamanan dari kefakiran dan menjadi penenteram
dari rasa takut dalam qubur." (HR. Abu Nu’aim dan al-Dailami)
3. Melanggengkan (dawam) beristighfar
Ibn
’Abbas ra meriwayatkan, Rasulullah saw bersabda," Barang siapa
melanggengkan istighfar (astaghfirullâh=aku mohon ampunan kepada Allah)
niscaya Allah melapangkan segala kesempitan hidupnya, mengeluarkan ia
dari segala kesusahan dan memberikan ia rezeki dari arah yang tidak
diduganya." (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah)
4. Membaca surat al-Ikhlas ketika masuk rumah
Ibn
Mas’ud meriwayatkan, Rasulullah saw bersabda," Barang siapa yang
membaca qul huwallâhu ahad…(surat al-Ikhlas) ketika masuk rumah maka
(berkah bacaan) menghilangkan kefakiran dari penghuni rumah dan
tetangganya."(HR. al-Thabrani)
5. Membaca surat al-Waqi’ah setiap malam
Ibn
Mas’ud ra meriwayatkan: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda," Barang
siapa membaca surat al-Waqi’ah setiap malam maka tidak akan ditimpa
kesempitan hidup." (HR. al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman)
Anas ra
meriwayatkan, Rasulullah saw bersabda," Surat al-Waqi’ah adalah surat
kaya karena itu bacalah dan ajarkanlah surat itu pada anak-anak
kalian."(HR. Ibn Mardawiyyah)
6. Memperbanyak shalawat atas Nabi saw
Ubay
bin Ka’ab meriwayatkan: Bila telah berlalu sepertiga malam Rasulullah
saw berdiri seraya bersabda," Wahai manusia, berdzikirlah mengingat
Allah, berdzikirlah mengingat Allah. Akan datang tiupan (sangkakala
kiamat) pertama kemudian diiringi tiupan kedua. Akan datang kematian dan
segala kesulitan yang ada di dalamnya."
Berkata Ubay," Wahai
Raulullah, aku memperbanyak bershalawat atasmu, lantas berapa kadar
banyaknya shalawat yang sebaiknya aku lakukan?"
Beliau saw menjawab," Berapa banyaknya terserah padamu."
Ubay berkata," Bagaimana kalau seperempat (dari seluruh doa yang aku panjatkan)?"
Beliau menjawab," Terserah padamu. Tetapi jika engkau menambah maka akan lebih baik lagi."
Ubay berkata," Bagaimana jika setengah?"
Beliau saw menjawab," Terserah padamu, tatapi jika engkah menambah maka akan lebih baik lagi."
Ubay berkata," Bagaimana jika duapertiga?"
Beliau saw menjawab,"Terserah padamu, tetapi jika engkau menambah maka akan lebih baik lagi."
Ubay berkata," Kalau demikian maka aku jadikan seluruh doaku adalah shalawat untukmu."
Bersabda Nabi saw," Jika demikian halnya maka akan tercukupi segala keinginanmu dan diampuni segala dosamu."
7. Membaca
سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ
Ibn
’Umar ra meriwayatkan: Seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah
saw," Wahai Rasulullah, dunia telah berpaling dariku sedangkan dayaku
pun lemah." Maka Rasulullah saw pun bersabda," Mengapa engkau tidak
menggunakan shalat para malaikat dan tasbih segenap mahluk yang dengan
itu mereka diberikan rezeki?" Laki-laki itu bertanya," Apakah itu, wahai
Rasulullah?"
Beliau bersabda," Katakanlah: subhânallâh wa bihamdihî,
subhânallâhil ’azhîm, astaghfirullâh (maha suci Allah dan pujian
bagi-Nya, maha suci Allah yang Maha Agung, aku mohon ampunan kepada
Allah) sebanyak 100x di antara waktu terbit fajar sampai shalat subuh.
Maka dunia akan datang kepadamu dengan sendirinya dan Allah Azza wa
Jalla menciptakan dari setiap kalimat itu seorang malaikat yang
bertasbih kepada Allah Ta’ala sampai hari kiamat yang pahala tasbihnya
itu diberikan untukmu." (HR. al-Mustaghfiri dalam al-Da’awât, dinukilkan
dari Ihyâ Ulûmiddin al-Ghazali)